Bali Simbar

Sabtu, 11 Desember 2021

Budaya Positif di Sekolah

JURNAL MINGGUAN

 

A.    BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

Budaya sekolah menurut Fullan (2007) adalah keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang terlihat dari bagaimana sekolah menjalankan aktivitas sehari-hari. Sedangkan Deal dan Peterson (1999) mendefinisikan budaya sekolah sebagai berbagai tradisi dan kebiasaan keseharian yang dibangun dalam jangka waktu yang lama oleh guru, murid, orang tua, dan staf administrasi yang bekerjasama dalam menghadapi berbagai krisis dan pencapaian.

Budaya sekolah merupakan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang dibangun dalam jangka waktu lama yang tercermin pada sikap keseharian seluruh komponen sekolah. Dalam kebanyakan sekolah di Indonesia, budaya sekolah yang sudah berjalan dengan baik adalah budaya senyum, salam, dan sapa. Tentunya, budaya sekolah tersebut masih perlu dilaksanakan mengingat perannya yang dapat membuat sekolah menjadi lingkungan yang nyaman.

 

B.     POSISI KONTROL GURU

Proses Pembelajaran akan terjadi manakala terdapat interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan lingkungannya dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hubungan timbal balik ini merupakan syarat terjadinya proses pembelajaran yang di dalamnya tidak hanya menitikberatkan pada transfer of knowledge, akan juga transfer of value. Transfer of knowledge dapat diperoleh siswa dari media-media belajar, seperti buku, majalah, museum, internet, guru, dan sumber-sumber lain yang dapat menambah pengetahuan siswa. Akan tetapi Ttransfer of value hanya akan diperoleh siswa melalui guru yang menanamkan sikap dan nilai suatu materi dengan melibatkan segi-segi psikologis dari guru dan siswa. Penanaman sikap dan nilai yang melibatkan aspek-aspek psikologis inilah yang tidak dapat digantikan oleh media manapun. Dengan demikian guru adalah media yang mutlak adanya dalam proses pembelajaran murid, yang dalam hal ini prilaku disiplin menjadi peranan penting.

Disiplin positif artinya guru mengajarkan sikap bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan oleh murid dan mendasarkan tindakan tersebut pada nilai-nilai universal atau yang berlaku umum dan diterima dalam masyarakat.  Tujuan disiplin adalah menciptakan anak atau murid yang memiliki disiplin diri dan disiplin tersebut lahir dari dalam dirinya (intrinsik) dan bukan dari luar dirinya (ekstrinsik).

Terdapat 5 posisi kontrol yang biasanya dilakukan oleh guru dalam upaya pendampingan terhadap murid yaitu sebagai penghukum, pembuat orang merasa bersalah, teman, pemantau dan manager. Dari kelima posisi kontrol ini sebagai guru agar dapat melakukan pendampingan secara efektif dan memerdekakan serta memandirikan murid, maka dapat berdiri sebagai manager. Manager artinya guru dapat memposisikan diri sebagai mentor untuk berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilahkan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.

Posisi control ini diperlukan untuk memanagemen kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar tersebut yakni: untuk memenuhi hidup seperti kebutuhan bertahan hidup (survival), cinta dan kasih sayang (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun) dan kekuasaan (power). Semua manusia perlu dihargai sebagai manusia yang memiliki kelebihan, kekurangan.

 

C.    Motivasi Perilaku Manusia

  1. Pertama, yang mendorong seseorang melakukan sesuatu adalah untuk menghindari hukuman. Apa yang terjadi apabila saya tidak melakukannya? Itu pertanyaan yang keluar dari benak orang tipe pertama ini.

Contoh mudah misalnya, Anda diasumsikan bekerja di sebuah kantor lalu ditanya: Apa alasan Anda datang ke kantor tepat waktu?

Orang tipe pertama ini akan menjawab, misalnya: takut dipotong gaji, khawatir Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaannya nilainya kecil, dan alasan-alasan sejenis. Mereka khawatir sesuatu akan terjadi jika ia tidak melakukannya.

  1. Kedua, yang mendorong seseorang melakukan sesuatu adalah untuk mendapatkan imbalan dari orang lain. Pertanyaan yang muncul untuk orang tipe kedua ini adalah: Apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya?

Misalnya, ia diberi pertanyaan seperti pertanyaan pada tipe pertama dan institusinya memberikan hadiah atau penghargaan kepada pegawai yang disiplin. Maka kedatangannya tepat waktu akan membantunya memperoleh predikat sebagai pegawai teladan atau hadiah lainnya. Dalam konteks pendidikan di sekolah, misalnya guru memberikan stiker, tanda bintang, pujian, dan sebagainya.

  1. Ketiga, yang mendorong seseorang melakukan sesuatu adalah untuk menghargai diri sendiri. Pertanyaan yang muncul pada orang dengan perilaku tipe ketiga ini adalah: Saya akan menjadi orang seperti apa apabila saya melakukannya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar