Bali Simbar

Tampilkan postingan dengan label Guru Penggerak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Guru Penggerak. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 Desember 2022

MEMPERINGATI HARI AIDS SEDUNIA '22

MEMPERINGATI HARI AIDS SEDUNIA

1 DESEMBER 2022


AIDS adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan membuat pengidap kehilangan kemampuan untuk melawan infeksi. Penyakit ini merupakan stadium akhir dari infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Hari AIDS Sedunia menjadi peringatan sekaligus dukungan bagi orang-orang yang hidup dengan HIV. Selain itu, hari peringatan ini juga bertujuan mengenang mereka yang meninggal akibat AIDS.

KSPAN Trismapura memperingati hari AIDS sedunia tahun ini dengan kegiatan positif.  Peringatan hari AIDS di SMA Negeri 3 Amlapura diwarnai dengan kegiatan pemasangan pita, sarasehan dengan para perwakilan kelas dan sosialisasi ke masyarakat dengan menyebar brosur penanggulangan HIV/AIDS. Kegiatan ini murni dilakukan oleh siswa yang menjadi anggota ekstra KSPAN didampingi oleh pembina Ekstra.

Peringatan hari AIDS ini sebenarnya rutin dilakukan oleh KSPAN SMA Negeri 3 Amlapura namun dengan berbagai kegiatan yang berbeda.  Untuk tahun ini difokuskan dalam kegiatan sarasehan dan sosialisasi. Kegiatan sarasehan diisi dengan berbagi informasi seputar HIV/AIDS dari siswa yang ikut dalam kegiatan ekstra KSPAN. Disamping berbagi informasi seputar HIV/AIDS, materi yang disampaikan juga terkait dengan NAPZA dan IMS.

Kegiatan yang dilakukan sangat menarik karena dikemas dalam suasana yang santai dan menyenangkan. Para peserta merasa antusias dan mengatakan kegiatan ini sangat bermanfaat dan hendaknya terus dilakukan. Harapan lainnya diungkapkan oleh pembina KSPAN, bahwa kegiatan ini dilakukan untuk mengingat dan menyadarkan kepada generasi muda khususnya siswa SMA Negeri 3 Amlapura akan bahaya HIV/AIDS.

Pemahaman yang diperoleh oleh peserta yang mayoritas adalah pengurus OSIS agar selanjutnya ditularkan kepada siswa lainnya. Dengan cara seperti ini diharapkan kedepannya semua siswa termasuk guru sama-sama memahami  bahaya HIV/AIDS dan bersama-sama bergerak menanggulangi penyakit ini dimulai dari diri sendiri. Pemberian contoh yang berawal dari diri sendiri akan mempermudah mengajak orang lain untuk ikut melakukannya.

Tema peringatan hari HIV/AIDS tahun ini yang mengusung tema "Equalize". Melalui tema tersebut, peringatan hari AIDS Sedunia 2022 mengajak masyarakat di seluruh dunia untuk mengatasi ketidaksetaraan yang menghambat kemajuan dalam mengakhiri HIV/AIDS. KSPAN juga mengajak seluruh masyarakat agar menjauhi penyakitnya bukan orangnya.

 

Salam & Bahagia

Teruslah bergerak, walau kecil yang penting berdampak.

https://drive.google.com/drive/folders/1spodErW7_83juudWJnUdMjr73HHQkb4n?usp=share_link

 

 

I Komang Swidiarta, S.Pd., M.Pd

Pembina KSPAN Trismapura




Minggu, 05 Juni 2022

JURNAL REFLEKSI MINGGU KE 23

 

JURNAL REFLEKSI MINGGU KE 23

(Oleh: I Wayan Adi Upadana; CGP 04 Kabupaten Karangasem)

Model 5: Connection, challenge, concept, change (4C)

 

Connection

Pada minggu ini saya mempelajari materi “Pengelolaan Program Berdampak pada Murid”, dalam materi tersebut memuatan tentang pelibatan murid secara nyata atau aktif dalam pembelajaran. Guru memberikan kesempatan kepada murid untuk memberikan suara, pilihan serta kepemilikannya dalam mengikuti proses pembelajaran secara aktif dan nyata. Bentuk kegiatan yang akan dirancang oleh guru dapat dalam program intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Keterkaitan materi ini dengan peran guru penggerak adalah melatih diri sang guru untuk secara nyata dan aktif melibatkan murid untuk mewujudkan merdeka belajar.

 

Challenge

Selama ini saya dalam memberikan pembelajaran belum maksimal melibatkan murid untuk memberikan suara, pilihan dan kepemilikannya. Praktik pembelajaran yang saya terapkan masih belum memberikan kesempatan kepada murid untuk memberikan masukannya agar pembelajaran menjadi menarik.

 

Concept

Konsep-konsep materi Pengelolaan Program Berdampak pada Murid  menurut saya penting adalah pemberian tugas proyek yang berisi tentang keterlibatan murid untuk memberikan suara, pilihan, serta kepemilikannya untuk mengembangkan bakat dan minatnya, sesuai konsep pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara mengembangkan murid sesuai kodrat alam dan kodrat jamannya.

 

Change

Setelah mendapatkan materi ini kedepannya saya akan menerapkannya dalam pembelajaran di dalam kelas. Memberikan kesempatan kepada murid untuk memberikan suara, pilihan dan kepemilikannya serta menggunakannya sesuasi dengan potensi aset yang dimiliki, khususnya asaet dalam lingkungan sekitarnya.

Senin, 25 April 2022

Koneksi Antar Materi - Pengambilan Keputusan


KONEKSI ANTAR MATERI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

(Oleh: I Wayan Adi Upadana; CGP 04 Kabupaten Karangasem)

 

A.    Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan Filosofi Pratap Triloka Memiliki Pengaruh terhadap sebuah Pengambilan Keputusan sebagai Seorang Pemimpin Pembelajaran

Ki Hajar Dewantara merupakan penggerak Pendidikan Indonesia. Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah Pratap Triloka yang terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. semboyan tersebut artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan". Bagian dari semboyan beliau yaitu Tut wuri handayani dijadikan sebagai slogan Kementerian Pendidikan Nasioanal Indonesia. Ketiga semboyan ciptaan beliau seolah-olah tak lekang oleh zaman artinya semboyan tersebut masih kontekstual dengan keadaan sekarang di tengah derasnya arus perkembangan informasi dan teknologi.

Dalam pengambilan sebuah keputusan filosofi ini memiliki pengaruh yang sangat besar untuk menerapkan konsep Pendidikan yang menghamba kepada murid, mewujudkan merdeka dalam belajar. Pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran dengan filosofi Pratap triloka ini seorang pendidik harus mampu membuat keputusan yang dapat menjadikan teladan, mampu memotivasi serta dapat memberikan dukungan murid untuk berkembang sesuai potensi yang dimilikinya.

 

B.    Nilai-Nilai yang Tertanam dalam Diri, Berpengaruh Kepada Prinsip-Prinsip dalam Pengambilan Suatu Keputusan

Nilai-nilai yang dimiliki pemimpin pembelajaran memiliki pengaruh terhadap prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan. Nilai etika dan nilai moral akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat menguntungkan banyak pihak. Etika dan moral seorang pemimpin pembelajaran akan mengarahkan dalam suatu pengambilan keputusan. Hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai tersebut akan mengarahkan pemimpin pembelajaran dalam membuat keputusan yang merugikan, apalagi kalua keputusan tersebut bertentangan dengan hukum yang ada pastinya akan sangat merugikan. Karena hal tersebut nilai etika dan moral yang kuat akan menumbuhkan karakter pemimpin yang bijaksana dan taat terhadap hukum.

 

C.    Kegiatan Coaching yang Diberikan oleh Fasilitator dalam Pengujian Pengambilan Keputusan

Kegiatan coaching pada modul sebelumnya memberikan tuntunan kepada pemimpin pembelajaran dalam membantu coachee membuat keputusan yang tepat. Peran pemimpin pembelajaran dalam mengarahkan coachee untuk membuat suatu keputusan sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi mengacu kepada pembuatan pertanyaan yang berfungsi sebagai pemantik, harapannya kedepan jawaban dari pertanyaan tersebut dapat dijadikan sebuah keputusan yang paling bijak dalam memberikan solusi dari masalah yang dihadapi.

 

D.    Kemampuan Guru dalam Mengelola dan Menyadari Aspek Sosial Emosionalnya akan Berpengaruh terhadap Pengambilan Keputusan

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya merupakan suatu Langkah sebelum membuat keputusan. Dalam hal ini guru perlu menyadari sosial emosionalnya yang dimana kesadaran diri, pengelolaan dirinya mesti dalam kondisi yang baik. Pengambilan keputusan pastinya harus didasari dengan kesadaran diri secara penuh oleh guru, hal ini bertujuan supaya keputusan yang dibuat nanti dapat dipertanggung jawabkan.

 

E.    Pembahasan Studi Kasus yang Fokus pada Masalah Moral atau Etika Kembali Kepada Nilai-Nilai yang Dianut Seorang Pendidik

Dari beberapa studi kasus yang ada, dengan berisikan konsep materi dilemma etika dan bujukan moral menjadikan pemimpin pembelajaran berpegang teguh terhadap etika dan moral yang ada. Ketika memutuskan kasus dilemma etika ataupun bujukan moral, nilai kebenaran dan kebajikan universal harus dipegang erat, jangan sampai mengambil keputusan yang melanggar hukum. Nilai etika dan moral mestinya menjadi kekuatan bagi pendidik dalam membuat keputusan yang mampu menguntungkan banyak orang. Pendidik juga mesti selektif dalam menganalisa kasus yang dialami.

 

F.     Pengambilan Keputusan yang Tepat, Tentunya Berdampak pada Terciptanya Lingkungan yang Positif, Kondusif, Aman dan Nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat seyoganya memperhatikan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Dengan analisis kasus yang tepat dan memperhatikan 3 poin Langkah diatas akan menghasilkan keputusan yang paling tepat dengan begitu akan berdampak positif terhadap lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Dalam Analisa kasus mengamati bahwa kasus tersebut termasuk kedalam dilemma etika atau bujukan moral hal ini yang menjadi poin penting. Karena kalau mengandung unsur bujukan moral kemungkinan besar akan bertentangan hukum, hal ini yang akan menyebabkan kerugian bagi sang pemimpin pembelajaran.

 

G.   Kesulitan-kesulitan dalam Menjalankan Pengambilan Keputusan terhadap Kasus-Kasus Dilema Etika

Kesulitan yang pernah dialami dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus yang ada adalah menyatukan pemikiran dari beberapa pihak, menekan rasa ego masing-masing pihak, adanya kecendrungan beberapa pihak belum bisa keluar dari zona nyaman mereka. Memang benar ada kesulitan juga dalam mengubah paradigma dari beberapa pihak, karena mereka cendrung agak kaku, cenderung mengikuti pola Pendidikan yang agak lama.

 

H.   Pengaruh Pengambilan Keputusan dengan Pengajaran yang Memerdekakan Murid

Pengambilan keputusan yang berpedoman terhadap Pratap triloka Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran, khususnya memerdekakan murid dalam belajar akan memaksimalkan menuntun murid untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Pemimpin pembelajaran harus membuat dan mengambil keputusan yang menguntungkan murid untuk mengekspresikan bakatnya serta melatih kreatifitasnya.

 

I.      Pemimpin Pembelajaran dalam Mengambil Keputusan dapat Mempengaruhi Masa Depan Murid

Keputusan yang diambil oleh pemimpin pembelajaran akan mempengaruhi masa depan murid selanjutnya. Keputusan yang bijaksana serta menguntungkan untuk masa depan murid tentunya akan mempengaruhi kehidupannya kelak. Membantu murid untuk berkembang dan membantu membuat keputusan demi masa depannya akan menjadikan murid kedepannya menjadi orang sukses. Kebanyakan pendidik pasti akan melakukan yang terbaik untuk kemajuan peserta didiknya.

 

J.     Kesimpulan akhir pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya

Pada intinya sebagai pemimpin pembelajaran dalam membuata keputusan wajib memperhatikan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan, serta pentinganya keputusan oleh pemimpin pembelajaran yang memiliki keberpihakan kepada murid. Dalam modul Pendidikan guru penggerak ini materi yang ada di LMS memiliki keterkaitan, dimulai dari paradigma dan visi guru penggerak pada modul 1, praktek pembelajaran yang berpihak kepada murid pada modul 2, serta pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran pada awal modul yang ke-3. Materi yang ada pada LMS ini mengarahkan untuk Pendidikan kedepannya menerapkan konsep merdeka belajar dan membentuk karakter generasi muda yang berprofil pelajar Pancasila.

Rabu, 09 Februari 2022

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

2.1.a.4.1. Forum Diskusi - Eksplorasi Konsep Modul 2.1

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Oleh: I Wayan Adi Upadana

A.    Informasi atau fakta yang disampaikan dalam video dan artikel

v  Video "3 Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi”

Pemetaan kebutuhan murid berdasarkan tiga aspek yaitu : Kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid. Ketiga aspek ini menjadi dasar dalam pelaksanaan pembelajaran berdeferensiasi. Selanjutnya ada Strategi Pembelajaran berdiferensiasi yaitu: diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk.

·         Diferensiasi Konten

Konten merupakan apa yang diajarkan pada murid dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar murid baik itu dalam aspek kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid. Dalam konten, jenis informasi yang disiapkan harus sesuai dengan kesiapan belajar murid. Bahan ajar yang sesuai dapat membantu murid untuk mengembangkan pemahaman dan memperluas ide-ide dengan memberikan pertanyaan pemandu atau tantangan. Saat belajar penting untuk siswa mempunyai pengetahuan awal tentang hal yang akan dipelajari sebelum melihat keterhubungan antar materi.

·         Diferensiasi Proses

Proses disini mengacu kepada bagaimana murid akan memaknai informasi atau materi yang akan dipelajari. Dalam kegiatan ini guru perlu memahami kebutuhan belajar murid dengan mempertimbangkan strategi dalam pembelajaran, misalnya murid akan belajar secara berkelompok atau mandiri. Guru menetapkan jumlah bantuan yang akan diberikan pada murid-murid. Siapa sajakah murid yang membutuhkan bantuan dan siapa sajakah murid yang membutuhkan pertanyaan pemandu yang selanjutnya dapat belajar secara mandiri. Semua hal tersebut harus dipertimbangkan dalam skenario pembelajaran yang akan dirancang.

·         Diferensiasi Produk

Produk merupakan hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukan pada guru. Produk dalam hal ini wujudnya bisa berbentuk karangan, tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya. Yang paling penting produk ini harus mencerminkan pemahaman murid yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

v  Video “Lingkungan Belajar yang Mendukung Pembelajaran Berdiferensiasi”

Dalam pembelajaran yang berdiferensiasi lingkungan belajar sangat berpengaruh terhadap implementasinya. Lingkungan belajar yang berdiferensiasi perlu dibuatkan komunitas dalam belajar yang bermakna komunitas dimana semua anggotanya adalah pemelajar. Guru akan mengembangkan murid-muridnya untuk mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik yang selalu mendukung lingkungan belajar. Komunitas belajar yang efektif mendukung pembelajaran berdiferensiasi adalah:

  1. Setiap orang dalam kelas akan menyambut dan merasa disambut dengan baik.
  2. Setiap orang dalam kelas akan saling menghargai.
  3. Murid akan merasa aman. Aman tidak hanya secara fisik tetapi juga secara psikis.
  4. Ada harapan bagi pertumbuhan. Tujuan pembelajaran berdiferensiasi untuk membantu setiap murid tumbuh semaksimal mungkin sesuai kemampuannya.
  5. Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan.
  6. Ada keadilan dalam bentuk nyata.
  7. Guru dan berkolaborasi untuk pertumbuhan dan kesuksesan bersama.

 

v  Artikel “Peran Penilaian dalam Pembelajaran Berdiferensiasi”

Proses penilaian yang memegang peranan penting dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi yakni Tomlinson & Moon (2013) mengatakan bahwa penilaian adalah proses mengumpulkan, mensintesis, dan menafsirkan informasi di kelas untuk tujuan membantu pengambilan keputusan guru. Ini mencakup berbagai informasi yang membantu guru untuk memahami murid mereka, memantau proses belajar mengajar, dan membangun komunitas kelas yang efektif.

Di dalam kelas, kita dapat memandang penilaian dalam 3 perspektif:

  • Assessment for learning - Penilaian yang dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berfungsi sebagai penilaian formatif. Sering disebut sebagai penilaian yang berkelanjutan (on-going assessment)
  • Assessment of learning - Penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Berfungsi sebagai penilaian sumatif
  • Assessment as learning - Penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan murid- murid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Penilaian ini juga dapat berfungsi sebagai penilaian formatif.

Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, penilaian formatif memegang peranan yang sangat penting. Penilaian formatif ini bersifat memonitor proses pembelajaran, dan dilakukan secara berkelanjutan serta konsisten, sehingga akan membantu guru untuk memantau pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan murid yang berkembang terkait dengan topik atau materi yang sedang dipelajari. Hasil dari penilaian ini akan menjadi sumber yang sangat berharga untuk mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid, sehingga lewat proses ini, guru akan dapat mengetahui bagaimana ia dapat melanjutkan proses pengajaran yang ia lakukan dan memaksimalkan peluang bagi tercapainya pertumbuhan dan kesuksesan murid dalam materi atau topik tersebut. Penilaian formatif tidak hanya dapat dilakukan secara tertulis. Penilaian ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan setiap hari, misalnya lewat mengamati, menanya, merefleksi, berdiskusi (baik dengan teman sebaya maupun guru), dan sebagainya.

 

B.     Gagasan baru yang di dapatkan dari video dan artikel

Pembelajaran yang berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mendukung penerapan merdeka belajar dan berpihak kepada murid. Dalam hal ini pembelajaran berdeferensiasi dapat menggunakan pembelajaran berdeferensiasi konten, proses dan produk. Pembelajaran ini disesuaikan dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid. Mengetahui pengetahuan awal murid menjadi kunci dalam penerapan pembelajaran berdeferensiasi.

Lingkungan belajar sangat berpengaruh terhadap pengimplementasian pembelajaran berdeferensiasi. Lingkungan belajar yang berdiferensiasi perlu dibuatkan komunitas dalam belajar yang bermakna komunitas dimana semua anggotanya adalah pemelajar. Guru akan mengembangkan murid-muridnya untuk mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik yang selalu mendukung lingkungan belajar. Komunitas pemelajaran merupakan sarana bagi murid untuk dapat berkolaborasi saling berbagi pemahaman dan bersama-sama dalam menyelesaikan permasalahana, dengan guru sebagai pemandunya.

Penilaian yang dapat digunakan dalam pembelajaran yang berdeferensiasi adalah penilaian formatif. Penilaian formatif ini bersifat memonitor proses pembelajaran, dan dilakukan secara berkelanjutan serta konsisten, sehingga akan membantu guru untuk memantau pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan murid yang berkembang terkait dengan topik atau materi yang sedang dipelajari.

 

C.    Yang menurut saya sulit diimplementasikan

Menurut saya yang sulit untuk diimplementasikan dalam pembelajaran berdeferensiasi mengelompokkan murid berdasarkan kesiapan belajar, minat belajar, serta profil belajar murid. Mengetahui karakter murid menurut saya agak sulit karena ketergantungan dalam jam pelajaran dikelas. Penerapan penilaian secara pengamatan individu masing-masing murid juga ada berbagai kendala.

 

D.    Pertanyaan yang masih saya miliki atau klarifikasi terkait dengan isi video dan artikel tersebut

  1. Bagaimana menerapkan pembelajaran berdiferensiasi untuk pembelajaran jarak jauh dengan moda daring?
  2. Adakah strategi khusus dalam memahami karakteristik belajarnya?
  3. Bagaimana penerapan pembelajaran berdeferensiasi dalam kelas?


SALAM & BAHAGIA

 

Sabtu, 11 Desember 2021

Budaya Positif di Sekolah

JURNAL MINGGUAN

 

A.    BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

Budaya sekolah menurut Fullan (2007) adalah keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang terlihat dari bagaimana sekolah menjalankan aktivitas sehari-hari. Sedangkan Deal dan Peterson (1999) mendefinisikan budaya sekolah sebagai berbagai tradisi dan kebiasaan keseharian yang dibangun dalam jangka waktu yang lama oleh guru, murid, orang tua, dan staf administrasi yang bekerjasama dalam menghadapi berbagai krisis dan pencapaian.

Budaya sekolah merupakan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang dibangun dalam jangka waktu lama yang tercermin pada sikap keseharian seluruh komponen sekolah. Dalam kebanyakan sekolah di Indonesia, budaya sekolah yang sudah berjalan dengan baik adalah budaya senyum, salam, dan sapa. Tentunya, budaya sekolah tersebut masih perlu dilaksanakan mengingat perannya yang dapat membuat sekolah menjadi lingkungan yang nyaman.

 

B.     POSISI KONTROL GURU

Proses Pembelajaran akan terjadi manakala terdapat interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan lingkungannya dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hubungan timbal balik ini merupakan syarat terjadinya proses pembelajaran yang di dalamnya tidak hanya menitikberatkan pada transfer of knowledge, akan juga transfer of value. Transfer of knowledge dapat diperoleh siswa dari media-media belajar, seperti buku, majalah, museum, internet, guru, dan sumber-sumber lain yang dapat menambah pengetahuan siswa. Akan tetapi Ttransfer of value hanya akan diperoleh siswa melalui guru yang menanamkan sikap dan nilai suatu materi dengan melibatkan segi-segi psikologis dari guru dan siswa. Penanaman sikap dan nilai yang melibatkan aspek-aspek psikologis inilah yang tidak dapat digantikan oleh media manapun. Dengan demikian guru adalah media yang mutlak adanya dalam proses pembelajaran murid, yang dalam hal ini prilaku disiplin menjadi peranan penting.

Disiplin positif artinya guru mengajarkan sikap bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan oleh murid dan mendasarkan tindakan tersebut pada nilai-nilai universal atau yang berlaku umum dan diterima dalam masyarakat.  Tujuan disiplin adalah menciptakan anak atau murid yang memiliki disiplin diri dan disiplin tersebut lahir dari dalam dirinya (intrinsik) dan bukan dari luar dirinya (ekstrinsik).

Terdapat 5 posisi kontrol yang biasanya dilakukan oleh guru dalam upaya pendampingan terhadap murid yaitu sebagai penghukum, pembuat orang merasa bersalah, teman, pemantau dan manager. Dari kelima posisi kontrol ini sebagai guru agar dapat melakukan pendampingan secara efektif dan memerdekakan serta memandirikan murid, maka dapat berdiri sebagai manager. Manager artinya guru dapat memposisikan diri sebagai mentor untuk berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilahkan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.

Posisi control ini diperlukan untuk memanagemen kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar tersebut yakni: untuk memenuhi hidup seperti kebutuhan bertahan hidup (survival), cinta dan kasih sayang (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun) dan kekuasaan (power). Semua manusia perlu dihargai sebagai manusia yang memiliki kelebihan, kekurangan.

 

C.    Motivasi Perilaku Manusia

  1. Pertama, yang mendorong seseorang melakukan sesuatu adalah untuk menghindari hukuman. Apa yang terjadi apabila saya tidak melakukannya? Itu pertanyaan yang keluar dari benak orang tipe pertama ini.

Contoh mudah misalnya, Anda diasumsikan bekerja di sebuah kantor lalu ditanya: Apa alasan Anda datang ke kantor tepat waktu?

Orang tipe pertama ini akan menjawab, misalnya: takut dipotong gaji, khawatir Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaannya nilainya kecil, dan alasan-alasan sejenis. Mereka khawatir sesuatu akan terjadi jika ia tidak melakukannya.

  1. Kedua, yang mendorong seseorang melakukan sesuatu adalah untuk mendapatkan imbalan dari orang lain. Pertanyaan yang muncul untuk orang tipe kedua ini adalah: Apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya?

Misalnya, ia diberi pertanyaan seperti pertanyaan pada tipe pertama dan institusinya memberikan hadiah atau penghargaan kepada pegawai yang disiplin. Maka kedatangannya tepat waktu akan membantunya memperoleh predikat sebagai pegawai teladan atau hadiah lainnya. Dalam konteks pendidikan di sekolah, misalnya guru memberikan stiker, tanda bintang, pujian, dan sebagainya.

  1. Ketiga, yang mendorong seseorang melakukan sesuatu adalah untuk menghargai diri sendiri. Pertanyaan yang muncul pada orang dengan perilaku tipe ketiga ini adalah: Saya akan menjadi orang seperti apa apabila saya melakukannya?

Rabu, 17 November 2021

Peran dan Nilai Guru Penggerak

 

KONEKSI ANTAR MATERI

NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

Oleh: I Wayan Adi Upadana

 

A.    Nilai dan Peran Guru Penggerak

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Ketika seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah menjalankan suatu peranan. Peranan dan kedudukan saling tergantung satu sama lain. Tidak ada peranan tanpa kedudukan, demikian pula tidak ada kedudukan tanpa peranan. Peranan menjadi sangat penting karena mengatur perilaku seseorang. Peran guru penggerak ada lima yakni: (1) menjadi pemimpin pembelajaran, (2) menggerakkan komunitas praktisi, (3) mendorong kolaborasi antar guru, (4) menjadi coach bagi guru lain, dan (5) mewujudkan kepemimpinan murid.

Peran guru penggerak sebaga pemimpin pembelajaran yakni sebagai seorang guru mampu menjadi pemimpin dan sebagai organizer dalam menuntun murid yang akan melaksanakan pembebelajaran. Peran guru penggerak sebagai menggerakkan komunitas praktisi adalah seorang guru mampu memanfaatkan komunitas yang ada di lingkungannya seperti komunitas Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) baik dalam lokalan sekolah maupun ke tingkat yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan untuk menciptakan pembelajaran yang menarik bagi para murid kedepannya. Peran guru penggerak sebagai pendorong kolaborasi antar guru adalah mampu untuk bersosialisasi dengan para guru disekolah untuk menciptakan suasana komunikasi yang ramah, nantinya kolaborasi semacam ini akan dilaksanakan untuk menyelesaikan beberapa permasalahan seperti pembinaan murid yang bermasalah atau memotivasi para murid untuk mengembangkan bakat dan minatnya.

Selanjutnya peranan yang keempat adalah sebagai coach bagi guru lain. Hal ini maksudnya sebagai guru penggerak harus mampu menjadi pelatih atau pendamping bagi guru lain, seperti misalnya penggunaan teknologi dalam pembelajaran, bisa saling berbagi pengalaman dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk dapat membuat suatu system pembelajaran yang menarik bagi para murid. Peran guru penggerak selanjutnya adalah mewujudkan kepemimpinan murid, hal ini dapat dilakukan melalui berbagai macam kegiatan seperti: Latihan Dasar Kepemimpinan, Ikut Organisasi Sekolah, Mengikuti Ekstrakurikuler, dan Menjadi Perangkat Kelas. Dengan mengikuti kegiatan tersebut nantinya akan menumbuhkan jiwa kepemimpinan bagi para murid.

            Nilai dari seorang guru penggerak adalah mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Nilai Mandiri dalam hal ini guru bisa terus belajar utuk meningkatkan pengetahuan diri seperti ikut webinar dan seminar. Reflektif artinya seorang guru mampu menginstrospeksi diri untuk mencapai kemajuan dalam pembelajaran. Kolaboratif merupakan nilai dari seorang guru untuk bersosialisasi serta mampu bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pendidikan, khususnya dalam menididik para murid. Inovatif memiliki makna guru selalu mengembangkan dirinya dalam pembelajaran seperti saat ini guru mampu memanfaatkan strategi dan media pembelajaran yang tepat dan menarik dalam proses pembelajaran. Nilai selanjutnya yakni berbihak pada murid, maknanya adalah guru harus mampu mencari kebutuhan murid pada saat ini sesuai dengan perkembangan jamannya.

 

B.     Keterkaitan antara nilai dan peran Guru Penggerak dengan Filosofi Ki Hadjar Dewantara

Peran dan nilai guru penggerak tersebut memiliki keterkaitan dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Hal ini bisa dilihat dari konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menyebutkan sebagai guru harus mampu sebagai tuladan, pemberi motivasi dan mendorong semangat para murid untuk mengembangkan potensi dirinya. Misalnya pada peran guru sebagai pemimpin pembelajaran guru bisa menjadi contoh yang baik, mampu memberikan morivasi serta memberikan dorongan kepada murid untuk belajar. Guru sebagai pengarah akan membantu para murid untuk memahami materi pelajaran yang diberikan. Keilmuan tentang hal ini guru dapatkan bisa dari proses pengembangan kemampuan dari webinar-webinar tentang pendidikan yang diikuti.

 

C.    Strategi Untuk Mencapai Nilai Dalam Demontrasi Kontekstual

Strategi untuk mencapai nilai dalam demontrasi kontekstual dapat dilakukan dengan cara: mengisi diri dengan terus belajar, mengikuti konsep “belajar sepanjang hayat”, berkolaborasi dengan teman untuk bisa mendapatkan pengetahuan baru dalam pembelajaran, mendalami lingkungan perkembangan murid serta kemampuan yang dimiliki untuk menerapkan nilai guru penggerak pana keberpihakan terhadap murid.

 

D.    Pihak Yang Dapat Membantu Dalam Mencapai Gambaran Diri Anda Di Demonstrasi Kontekstual

Pihak yang dapat membantu dalam mencapai gambaran diri adalah pertama munculkan niat berkembang terlebih dahulu dalam diri, berkonsultasi dengan pemangku kepentingan dalam pengembangan guru, seperti kepala sekolah, teman sejawat, narasumber dalam kegiatan pengembangan diri, para murid, orang tua murid. Apabila hal ini bisa terkoneksi dengan baik akan dapat mewujudkan pedoman pembelajaran saya yakni “Menghargai Perbedaan Kemampuan Murid Sesuai Kodrat Alam dan Kodrat Zamannya Masing-masing”